Aku
kembali, ke tempat kita pertama kali bertemu. Di sebuah tanah lapang, di
samping stasiun. Di tempat ini, dulu aku pertama kali melihatmu, samar di
antara gelapnya malam dan cahaya bintang. Di tempat ini pula aku mendengar
suara renyahmu di antara bising kereta api dan kendaraan lalu lalang. Juga di
tempat ini aku pertama kali hidungku menangkap aroma tubuhmu yang khas. Semua
tak akan pernah terlupa.
Aku juga
masih ingat, bagaimana pohon-pohon yang hampir mati di tempat ini menjadi saksi
ketika kamu bilang aku sayang kamu ke aku, juga ketika bibirmu pertama
kali mendarat di bibirku, persis seperti kupu-kupu yang menghinggapi bunga,
atau mungkin lalat yang menghinggapi kotoran, hahaha. Bahkan hingga saat
kau berikan tanda merah di leherku yang sampai membuat aku bingung untuk
menyembunyikannya, pohon-pohon itu juga melihatnya.
Aku
menunggumu, di sini. Aku merindukanmu...
Sebenarnya,
sudah banyak orang yang menawarkan diri padaku, hanya untuk sekedar
menggantikan posisimu di hatiku. Tapi entah kenapa hatiku melarangku untuk
memberikan tempatmu kepada orang lain. Padahal, kamu sama sekali tak tampan,
kamu juga tak mapan (bahkan mungkin cenderung bangkrut), pun juga kamu tak
mahir di ranjang. Berbeda sekali dengan mereka yang datang padaku : kaya,
tampan, dan mungkin memiliki "permainan" yang lebih hebat dari kamu.
Ah, mungkin ini yang orang-orang sebut sebagai cinta. Cinta mati, mungkin.
Aku
menunggumu, di sini. Aku mencintaimu...
Entah sudah berapa kali penjaga tanah ini mengusirku, tak juga membuat aku bergerak. Aku sudah bilang padanya, aku menunggu seseorang. Tak peduli berapa lama aku harus menunggu, mungkin satu jam, satu hari, satu minggu, satu bulan, satu tahun, atau mungkin bertahun-tahun. Aku tak peduli, karena seseorang itu kamu, kamu yang selalu bisa membuatku tertawa ketika aku sedih, kamu yang selalu bisa membantuku bangun ketika aku jatuh. Ya, orang itu kamu. Kamu...
Aku
menunggumu, di sini. Aku mencintaimu, masih mencintaimu...
Teman-temanku
bilang aku bodoh, bahkan sebagian menganggapku gila. Hanya karena aku
mencintaimu dan masih setia menunggumu. Aku tak peduli. Mereka juga bilang
seakan duniaku hilang ketika kamu pergi. Itu benar, karena kamu duniaku.
Aku juga
tak peduli ketika orang-orang menyebutku lelaki lemah, lelaki yang hancur
karena patah hati. Aku tak peduli. Dan mereka membicarakanku, apa kau juga
mendengarnya?
Aku
masih menunggumu, di sini. Selalu, mencintaimu...
Dan aku masih selalu berharap, nanti saat kau
bangun dari tidurmu dan sadar, akulah lelakimu. Lelaki yang masih setia
menantimu. Lelaki yang masih selalu mencintaimu. Lelaki yang mencintai kamu,
lelakiku....
Hampir sama kayak gw tu bro...just don't be stupid to wait for nothingness. If someone better comes to you, keep him for the rest of your life forget him who has made you wait for nothingness.
BalasHapus