Maret 11, 2014

Menunggumu



Aku kembali, ke tempat kita pertama kali bertemu. Di sebuah tanah lapang, di samping stasiun. Di tempat ini, dulu aku pertama kali melihatmu, samar di antara gelapnya malam dan cahaya bintang. Di tempat ini pula aku mendengar suara renyahmu di antara bising kereta api dan kendaraan lalu lalang. Juga di tempat ini aku pertama kali hidungku menangkap aroma tubuhmu yang khas. Semua tak akan pernah terlupa.
Aku juga masih ingat, bagaimana pohon-pohon yang hampir mati di tempat ini menjadi saksi ketika kamu bilang aku sayang kamu ke aku, juga ketika bibirmu pertama kali mendarat di bibirku, persis seperti kupu-kupu yang menghinggapi bunga, atau mungkin lalat yang menghinggapi kotoran, hahaha. Bahkan hingga saat kau berikan tanda merah di leherku yang sampai membuat aku bingung untuk menyembunyikannya, pohon-pohon itu juga melihatnya.
Aku menunggumu, di sini. Aku merindukanmu...
Sebenarnya, sudah banyak orang yang menawarkan diri padaku, hanya untuk sekedar menggantikan posisimu di hatiku. Tapi entah kenapa hatiku melarangku untuk memberikan tempatmu kepada orang lain. Padahal, kamu sama sekali tak tampan, kamu juga tak mapan (bahkan mungkin cenderung bangkrut), pun juga kamu tak mahir di ranjang. Berbeda sekali dengan mereka yang datang padaku : kaya, tampan, dan mungkin memiliki "permainan" yang lebih hebat dari kamu. Ah, mungkin ini yang orang-orang sebut sebagai cinta. Cinta mati, mungkin.
Aku menunggumu, di sini. Aku mencintaimu...

Entah sudah berapa kali penjaga tanah ini mengusirku, tak juga membuat aku bergerak. Aku sudah bilang padanya, aku menunggu seseorang. Tak peduli berapa lama aku harus menunggu, mungkin satu jam, satu hari, satu minggu, satu bulan, satu tahun, atau mungkin bertahun-tahun. Aku tak peduli, karena seseorang itu kamu, kamu yang selalu bisa membuatku tertawa ketika aku sedih, kamu yang selalu bisa membantuku bangun ketika aku jatuh. Ya, orang itu kamu. Kamu...
Aku menunggumu, di sini. Aku mencintaimu, masih mencintaimu...
Teman-temanku bilang aku bodoh, bahkan sebagian menganggapku gila. Hanya karena aku mencintaimu dan masih setia menunggumu. Aku tak peduli. Mereka juga bilang seakan duniaku hilang ketika kamu pergi. Itu benar, karena kamu duniaku.
Aku juga tak peduli ketika orang-orang menyebutku lelaki lemah, lelaki yang hancur karena patah hati. Aku tak peduli. Dan mereka membicarakanku, apa kau juga mendengarnya?
Aku masih menunggumu, di sini. Selalu, mencintaimu...
Dan aku masih selalu berharap, nanti saat kau bangun dari tidurmu dan sadar, akulah lelakimu. Lelaki yang masih setia menantimu. Lelaki yang masih selalu mencintaimu. Lelaki yang mencintai kamu, lelakiku....

1 komentar:

  1. Hampir sama kayak gw tu bro...just don't be stupid to wait for nothingness. If someone better comes to you, keep him for the rest of your life forget him who has made you wait for nothingness.

    BalasHapus

Don't be a silent reader, leave your footprints here :-D siapa tau jodoh :-P