Maret 20, 2014

Orang Ketiga


 
Hari ini dia marah lagi, dia bilang aku bangsat, dia bilang aku anjing, dia bilang mau putus saja. Aku sama sekali tak tahu apa sebabnya, ku kira hari ini dan kemarin, serta kemarinnya lagi kami sama sekali tak ada masalah. Kecil atau pun besar. Tak ada masalah. Tak ada pertengkaran.

Ini sudah biasa dalam hubungan kami. Sebuah hubungan yang tak biasa, sebuah hubungan yang menempatkan dia pada titik tengah dimana dia harus memilih, antara aku atau dia, kekasihnya yang telah lama mengisi hatinya, jauh sebelum aku datang dan menggodanya untuk memalingkan wajah dan hatinya kepadaku. Dan dia berhasil ku goda, walau tak sepenuhnya. Ya, aku adalah kekasihnya yang lain, kekasih gelapnya, selingkuhannya. Selama beberapa tahun ini, aku selingkuhannya. Aku tak bangga. Sama sekali. Tapi aku bahagia.
Kekasihnya adalah sosok sempurna untuk dia yang juga sempurna menurut semua orang, juga menurutku. Tapi, entahlah, aku terlanjur cinta kepadanya, hingga aku rela menjadi kekasih gelapnya. Aku akui, aku memang jauh berbeda dengan kekasihnya itu. Aku tak sesempurna kekasihnya. Jauh. Bagaikan surga dan neraka mungkin jika dibandingkan.
Oh, iya, aku ingat, kemarin malam dia meneleponku, dia berkata akan pergi bersama kekasihnya, kencan katanya. Ya, wajar saja, kemarin malam minggu. Dan jatahku bukan malam minggu. Maka, aku iyakan saja ketika dia mengatakan itu. Tak ada hal yang aneh saat itu bagiku, tapi tidak baginya. Hal tersebut membuatnya marah padaku hari ini. Dia bilang aku tak cinta padanya, dia bilang aku tak cemburu pada kekasihnya, dia bilang aku tak serius padanya, dia bilang aku bangsat, dia bilang aku anjing. Aku diam. Tapi, bagaimana aku tak cinta padanya, jika hanya menjadi kekasih gelapnya pun aku rela. Aku pun cemburu, sangat cemburu, tapi apa pantas aku mengungkapkan kecemburuanku? Aku sadar posisiku, aku hanya selingkuhannya, hanya kekasih gelapnya. Aku tak berhak cemburu, itu konsekuensi yang harus aku terima.
Tak ada kabar darinya sejak pertengkaran kami via telepon tadi pagi. Semua panggilanku ditolaknya, begitu juga pesan-pesan singkat yang ku kirimkan padanya, tak terbalas satupun. Aku pasrah.
Handphoneku berdering, ku lihat layarnya, tertera panggilan sayangku untuknya di layar. Ku tekan tombol hijau. Dan kami pun mulai berbicara. Aku minta maaf, dia memaafkanku. Hanya itu. Kemudian ia mengajakku bertemu sore ini, di tempat pertama kali aku mengungkapkan cintaku padanya. Hatiku berbunga-bunga.
Aku harus bersiap. Aku akan bertemu kekasihku. Segera aku ke kamar mandi, mencuci seluruh anggota badanku, mulai dari ujung rambut di kepalaku, hingga sampai ke telapak kakiku, aku harus bersih, aku harus wangi. Setelah selesai mandi, ku obrak-abrik isi lemariku hanya untuk menemukan pakaian yang pas untuk kencanku hari ini. Aku harus tampil sempurna untuk dia yang selalu sempurna di mataku. Harus...
Tempat ini sudah sangat berubah sejak beberapa tahun lalu, sejak aku mengungkapkan cintaku pada kekasihku. Dulu tempat ini tak sesepi sekarang, dulu ramai, banyak orang yang mengunjungi tempat ini, sekarang sepi, orang lebih memilih tempat lain untuk dikunjungi. Begitu juga aku dan kekasihku, setelah peristiwa pengungkapan cintaku padanya, kami jarang mengunjungi tempat ini, hanya beberapa kali saja kami ke sini. Sekedar untuk bernostalgia, itu pun tak lama. Tempat lain lebih menyenangkan bagi kami.
Sudah lebih dari lima menit aku berada di sini, ku lihat dia datang. Dia tampak begitu sempurna. Mempesona dalam balutan kemeja lengan panjang warna ungu, warna favoritnya, dipadu dengan celana panjang putih berpotongan skinny, benar-benar sempurna. Dia semakin mendekatiku. 5 meter. 4 meter. 3 meter. 2 meter. Hingga akhirnya dia berdiri di hadapanku. Sejajar. Karena aku memang tak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan dia. Ah, serasa aku jatuh cinta lagi padanya. Tapi, ada yang salah dengannya. Raut mukanya tampak berbeda, jauh berbeda dari raut mukanya ketika kencan kami sebelum-sebelumnnya. Ada kesedihan yang ku lihat dari mukanya. Ada rasa bersalah terpancar dari tatap matanya. Ada apa ini? Ada apa dengannya? Ada apa dengan kekasihku?
Sayang, maafkan aku. Aku tidak bisa lagi menjadi kekasihmu. Mulai hari ini kita berpisah. Kita akhiri hubungan kita. Maaf, ini bukan berarti aku tak mencintaimu, aku sangat mencintaimu, sama seperti kamu mencintaiku, juga sama seperti dia mencintaiku. Sekali lagi, sayangku, maafkan aku, aku sangat mencintaimu. Karena itu aku tak ingin lebih lama menyakitimu. Kita akhiri hubungan ini.
Semalam, dia melamarku.
Aku menjawab iya.
Dia menangis, kemudian berlalu meninggalkanku sendiri.
Aku terdiam, tak bisa berkata apa-apa. Bahkan air mataku pun tak mau keluar. Tapi, hatiku menangis dalam diam. Hatiku terluka. Aku hancur.

19 maret 2014
Diiringi lagu Untuk Mencintaimu - Seventeen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Don't be a silent reader, leave your footprints here :-D siapa tau jodoh :-P